Musik

Sabtu, 04 Juni 2011

Cerpen

VENIKA

            Sore itu Venika mengendarai mobilnya dengan santai. Ia menuju ke sebuah mal yang tidak begitu jauh dari tempat kerjanya. Tujuannya saat ini adalah mengunjungi pusat perbelanjaan. Setelah memasuki area parkir dan memarkir mobil sedan hatchback terbaru miliknya, dia mulai melangkahkan kaki memasuki pusat perbelanjaan yang sore itu tidak begitu ramai pengunjung. Dia langsung menuju ke konter tas wanita.
            Dipilihnya beberapa buah tas tangan wanita keluaran terbaru dari merek-merek ternama kemudian membayarnya di kasir menggunakan kartu kreditnya. Kemudian dia mulai melangkahkan kaki menuju sebuah restoran cepat saji untuk mengisi perutnya yang mulai terasa lapar. Dia memesan makanan favoritnya dan memesan juga beberapa potong ayam goreng untuk dibawa pulang.
            Sambil menyantap makanannya dia mulai mengotak-atik smartphone miliknya. Setelah menghabiskan makanannya, kemudian dia mulai bersiap untuk pulang.
            Hari telah menjelang malam ketika Venika menyusuri jalanan kota Surabaya menuju ke rumahnya di sebuah kawasan perumahan menengah.
            Tepat di depan gapura perumahan itu, seorang satpam berdiri menyapanya sambil tersenyum kearahnya. Venika membalas senyum  satpam tersebut dan langsung menuju ke deretan rumah yang terbilang cukup besar di perumahan itu.
            Setiba di rumah, dia memarkir mobilnya diantara 3 buah mobil lain yang terparkir di rumahnya. Venika segera membuka pintu rumahnya.  Hari ini ayah dan ibunya berkunjung ke rumahnya. Venika tidak tinggal serumah dengan kedua orang tuanya.
            Dibukanya bungkusan ayam goreng yang sedari tadi dibawanya. Diangsurkannya ayam goreng itu kepada ibunya. “Apa kabar ibu? Ini Venika bawakan ayam goreng kesukaan ayah, bu…” kata Venika ketika dijumpainya ibunya di ruang makan.  Ibu segera membuka bungkusan ayam goreng yang masih hangat itu dan menghidangkannya di meja makan. “Kamu tidak ikut makan, nak?” tanya ibunya. “Sudah, bu. Tadi Venika sudah makan.” Jawab Venika sambil beranjak  menuju ke kamar mandi.
            Venika bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. Dia memiliki seorang calon suami yang kebetulan adalah anak dari bosnya. Tante Lisa, bos Venika adalah seorang yang murah hati di  mata Venika. Tante Lisa dan Venika sangat akrab.
Rumah tante Lisa terdiri dari 3 rumah bersebelahan. Rumah paling ujung untuk tempat tinggal, rumah yang ditengah untuk kos-kosan mahasiswi dan yang terakhir adalah untuk kantor. Kos-kosan di rumah tante Lisa ada 20 kamar. 12 kamar di lantai bawah dan 8 kamar di lantai atas. Ada 2 kamar mandi pada masing-masing lantai dan satu dapur di ruang bawah. Semua kamar kos sudah terisi penuh kecuali satu kamar atas paling ujung yang ukurannya lebih luas dari kamar yang lain. Tarif kamar tersebut memang lebih mahal dari kamar yang lain karena ukurannya lebih luas dari kamar-kamar yang lain. Kamar itu bisa dihuni oleh dua orang. Dihalaman kos-kosan tante Lisa terdapat taman dan kolam ikan yang terawat dengan baik. Ada juga ayunan yang menghiasinya. Biasanya ayunan tersebut dimanfaatkan oleh para mahasiswi yang kos disitu untuk sekedar bersantai di sore hari. Terkadang mereka juga bercengkerama di teras sambil minum teh bersama teman-teman kos atau teman-teman yang datang berkunjung. Tante Lisa membuka kos-kosan karena lokasinya dekat dengan kampus salah satu universitas negeri yang cukup populer di kota Surabaya. Tante Lisa adalah seorang janda dengan 3 orang anak. Anaknya yang pertama, laki-laki, bernama Bobby. Dia adalah seorang insinyur. Bobby telah beristri dan memiliki satu orang putri. Anak kedua adalah Roy, kekasih Venika. Roy seorang sarjana hukum. Sedang anak ketiga, perempuan, sedang menyelesaikan skripsinya di jurusan teknik Industri. 
            Hari itu ketika Venika sedang mengetik sebuah penawaran di depan komputer, alarm handphone CDMAnya berbunyi. Ternyata, dia dan tante Lisa ada jadwal kunjungan ke salon kecantikan langganan mereka. Segera dimatikannya komputer dan dihampirinya ruang Tante Lisa yang letaknya di sebelah ruang kerja Venika. “Tante,  jam satu kita ada jadwal ke salon lho.” Kata Venika ketika dilihatnya Tante Lisa baru saja meletakkan gagang telepon. “Oya, kalau begitu kita berangkat sekarang saja.” Jawab tante Lisa.
            Tak lama kemudian mereka sudah meluncur ke salon kecantikan. Tepat pukul satu siang mereka tiba di salon tersebut. Setelah melakukan registrasi mereka menunggu nama mereka dipanggil oleh dokter. Keluar dari ruang dokter, mereka menunggu saat untuk facial. Sambil menunggu mereka memutuskan makan siang dulu di sebuah rumah makan tak jauh dari salon kecantikan tersebut.
            “Venika, bagaimana liburan kamu kemarin?” tanya Tante Lisa dalam perjalanan mereka pulang dari salon kecantikan. “Menyenangkan, tante. Kami ikut tur ke Singapura, Malaysia dan Thailand.”  Jawab Venika.  “Kebetulan saya bawa oleh-oleh spesial buat tante.”. Begitulah percakapan mereka di sepanjang perjalanan pulang dari salon kecantikan.
            “Venika!” panggil tante Lisa begitu dilihatnya Venika memasuki ruang kantor pagi itu. Tante Lisa membawa Venika ke ruangannya. “Kemarin tante mendapati bahwa salah satu tagihan kita tidak masuk ke rekening tante. Padahal tagihan itu sudah lama jatuh tempo. Setelah tante menanyakan ke bank ternyata pembayarannya telah dimasukkan ke rekening orang lain dan itu atas permintaan kamu, Venika! Ada apa ini?” tanya tante Lisa begitu Venika memasuki ruangan tante Lisa. “Ma..a..af.. tante, saya salah. Saya salah nomor rekening.” Tergagap Venika. Dia tidak menyangka perbuatannya diketahui oleh tante Lisa. Selama ini tante Lisa tidak pernah mengecek rekeningnya. Tante Lisa telah mempercayakan sepenuhnya semua rekening banknya kepada Venika.
            Dalam kurun waktu 3 bulan Venika telah berhasil mengantongi uang 2,5 milyar milik tante Lisa. Sebuah angka yang fantastis. Venika telah mengambil kredit sebuah rumah menengah yang sekarang dia huni.  Dia juga mengambil kredit untuk 4 buah mobil bagus yang berjajar di halaman rumahnya. 2 buah skutermatik juga tersimpan di garasinya dengan manis. Belum lagi perhiasan emas yang tersimpan di kotak perhiasan di kamarnya. Ada 10 gelang emas dengan berbagai model,  2 set cincin berlian, kalung beserta liontin dan giwangnya. Juga tas wanita yang tak terhitung lagi jumlahnya sehingga dia harus menyediakan sebuah ruang khusus untuk menyimpan koleksi tas dan sepatu. Liburan ke Singapura, Malaysia dan Thailand yang telah dinikmatinya bersama orang tuanya juga merupakan hasil dari perbuatannya yang tidak terpuji .
            “Kiamat!!” pekik Venika dalam hati. Venika hanya bisa tepekur memikirkan nasibnya. Untung saja tante Lisa masih berbaik hati dengan tidak melaporkannya ke kantor polisi sehingga dia tidak harus meringkuk di dalam tahanan. Tapi dia sudah terlanjur malu pada teman-teman kantornya, pada para tetangga dan semua kenalannya. “Mau ditaruh mana mukaku ini?” tangis Venika. “Bagaimana dengan kelanjutan hubunganku dengan Roy, anak tante Lisa? Kami sudah merencanakan untuk menikah tahun depan.
            Lima hari sudah Venika tidak ke kantor. Dia tidak punya muka lagi untuk menemui tante Lisa. Saat ini yang dia lakukan adalah berusaha menjual satu per satu mobilnya. Ditawarkannya mobil-mobilnya melalui iklan deret di sebuah harian terkemuka. “Syukurlah sudah laku satu mobilku, “ kata Venika dalam hati.
            Akhirnya tante Lisa datang juga ke rumah Venika. Tante Lisa datang bersama Roy, kekasih Venika. Mereka membicarakan mengenai pengambilalihan harta kekayaan yang telah dimiliki oleh Venika secara tidak halal itu.
            Hari-hari Venika selanjutnya bagaikan terbangun dari mimpi yang indah. Semua kemewahan yang baru saja diraihnya, telah hilang tak berbekas. Dia harus meninggalkan rumahnya dan kembali ke rumah orang tuanya di kawasan kumuh yang telah 25 tahun ditinggalinya bersama orang tuanya. Ayahnya yang seorang sopir panggilan harus kembali mengais rejeki karena selama Venika hidup mewah, ayahnya pensiun dari pekerjaaannya itu.
            Venika mencari lowongan pekerjaan di koran-koran. Ayahnya juga menawarkan diri ke rumah-rumah mewah untuk menjadi sopir pribadi. Siang malam ibu Venika hanya bisa meratapi nasib putrinya. Dia tidak menyangka bahwa anak gadisnya berbuat seperti itu.
            Tante Lisa merasa kehilangan Venika. Dia sangat menyayangi Venika. Dia telah menganggap Venika sebagai anaknya sendiri. Venika adalah satu-satunya karyawan wanita di kantor tante Lisa. Semua karyawannya yang lain adalah laki-laki. Jadi tante Lisa sangat dekat dengan Venika. Banyak ilmu yang sudah tante Lisa bagikan pada Venika karena baginya Venika adalah calon penerus usahanya. Tante Lisa sangat menyesal mengapa Venika tega melakukan hal ini padanya.  Disisi lain tante Lisa merasa bahwa dia juga bersalah, karena kedekatannya, dia tidak segan-segan memamerkan perhiasannya pada Venika. Sekarang tante Lisa baru melihat perhiasan emas yang dibeli Venika sangat mirip dengan perhiasan yang dimiliki tante Lisa. Ternyata Venika memandang tante Lisa sebagai figurnya. Tas-tas wanita yang dibeli oleh Venika juga sangat mirip dengan tipe-tipe tas wanita pilihan tante Lisa. Tante Lisa telah menjadi kiblat Venika dalam berpenampilan. Tetapi Venika telah salah jalan dengan mengambil jalan pintas untuk memenuhi semua hasratnya.
            Sudah 6 bulan berlalu sejak kejadian itu tetapi pikiran tante Lisa masih dipenuhi dengan Venika. Dia sangat mengasihinya tapi dia harus melepasnya. Venika harus belajar menata hidupnya yang baru. Dia harus belajar banyak tentang kehidupan. Begitu juga dengan tante Lisa. Sedangkan Roy telah memulai hidup yang baru bersama kekasih yang baru, Melia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar